Subscribe

RSS Feed (xml)

Powered By

Skin Design:
Free Blogger Skins

Powered by Blogger

Sejarah Masjid Pertama di Berlin

Minggu, 30 November 2008

Kiat Mengatasi Krisis Ekonomi Global

Solusi Terhadap Krisis Ekonomi Global

Oleh : Hdh.Mirza Masroor Ahmad

Surat Ar-Ruum ayat 38-41,

أَوَلَمْ يَرَوْا أَنَّ اللَّهَ يَبْسُطُ الرِّزْقَ لِمَن يَشَاءُ وَيَقْدِرُ إِنَّ فِي ذَلِكَ لَآيَاتٍ لِّقَوْمٍ يُؤْمِنُونَ
فَآتِ ذَا الْقُرْبَى حَقَّهُ وَالْمِسْكِينَ وَابْنَ السَّبِيلِ ذَلِكَ خَيْرٌ لِّلَّذِينَ يُرِيدُونَ وَجْهَ اللَّهِ وَأُوْلَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ
وَمَا آتَيْتُم مِّن رِّباً لِّيَرْبُوَ فِي أَمْوَالِ النَّاسِ فَلَا يَرْبُو عِندَ اللَّهِ وَمَا آتَيْتُم مِّن زَكَاةٍ تُرِيدُونَ وَجْهَ اللَّهِ فَأُوْلَئِكَ هُمُ الْمُضْعِفُونَ
الْمُاللَّهُ الَّذِي خَلَقَكُمْ ثُمَّ رَزَقَكُمْ ثُمَّ يُمِيتُكُمْ ثُمَّ يُحْيِيكُمْ هَلْ مِن شُرَكَائِكُم مَّن يَفْعَلُ مِن ذَلِكُم مِّن شَيْءٍ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى عَمَّا يُشْرِكُونَ

yang terjemahannya sebagai berikut: “Apakah mereka tidak melihat, bahwa Allah melapangkan rizqi bagi siapa yang dikendaki-Nya, dan menyempitkan ? Sesungguhnya dalam yang demikian itu ada Tanda-tanda bagi kaum mukminin.
Maka berikanlah kepada kaum kerabat haknya, dan orang miskin, dan orang musafir. Yang demikian itu paling baik bagi orang-orang yang menginginkan keridhaan Allah, dan mereka itulah orang-orang yang memperoleh kebahagiaan.
Dan apa yang kamu berikan untuk memperoleh riba supaya bertambah banyak pada harta manusia, padahal harta itu tidak bertambah banyak di sisi Allah, tetapi apa-apa yang kamu berikan sebagai zakat demi menginginkan keridhaan Allah, maka mereka itulah orang-orang yang akan mendapat ganjaran yang berlipat ganda.
Allah-lah Yang telah menciptakanmu, kemudian memberi rizqi kepadamu, kemudian Dia mematikan kamu, kemudian Dia menghidupkan kamu. Adakah dari antara tuhan-tuhan sekutumu itu, yang dapat berbuat sesuatu dari hal itu ? Maha Suci Allah dan Maha Tinggi daripada apa yang mereka sekutukan” (30:38-41).

Huzur (Atba) membacakan ayat-ayat Alquran tersebut setelah menilawatkan Surah Al Fatihah, kemudian memulai Khutbah beliau dengan mengingatkan kita sekalian, bahwa Allah, Tuhan kita adalah Ar-Razzaq, yakni Maha Pemberi Rizqi. Dia-lah yang berkenan meningkatkan maupun mengurangi khazanah kekayaan manusia. Namun seorang mukmin sejati tak akan pernah bersusah hati oleh naik turunnya siklus kehidupan; malah akan membuat keimanannya lebih maju apabila Allah Taala berkenan menunjukkan sifat Razzaq-Nya.
Krisis keuangan tengah melanda seluruh dunia sekarang ini. Segala bangsa, negara-negara maju perindustriannya maupun negara-negara berkembang agraris, sama-sama telah jatuh ke dalam jeratan benang kusut ini. Beberapa negara kaya yang sebelumnya menikmati kondisi kuatnya perekonomian mereka sampai-sampai merasa yakin dapat menguasai dunia disebabkan mereka memiliki sumber-sumber teknologi tercanggih (baik di bidang ilmu pengetahuan, pangan, persenjataan, pengobatan maupun keuangan) yang dapat membuat negara-negara lainnya akan sangat bergantung dan tunduk patuh selamanya kepada mereka, kini menyaksikan dengan mata kepala mereka sendiri, keambrukan perekonomian mereka. Berbagai bidang perindustrian mereka tumbang. Hal ini disebabkan perekonomian mereka yang dirancang berdasarkan kebijakan yang rapuh, mengalami, kelimbungan, akhirnya menyebabkan krisis ekonomi global. [Namun mereka tidak menyikapinya dengan serius].
Sesungguhnya, pengatur sejati dan Yang Maha Pemberi Rizqi adalah Allah Swt, namun negara-negara superpower tersebut gagal memahami fakta ini. [Besarnya kekuatan sumber daya keuangan mereka hingga saat-saat terakhir kemarin ini, membuat mereka abai terhadap Tuhan Yang Maha Kuasa, yang memutarkan roda kehidupan semesta alam, memiliki kehendak dan iradah-Nya sendiri. Maka datanglah peringatan dalam bentuk berbagai bencana alam seperti badai topan, banjir besar, dlsb, yang orang tak dapat menyelamatkan diri karenanya.
Sistem ekonomi yang mereka jalankan adalah 'artifisial' ciptaan manusia belaka, yang menafi'kan keberadaan Tuhan Semesta Alam. Sehingga konsekwensi dampak negatifnya pun dapat kita saksikan sekarang ini. Malapetaka dari langit maupun bumi bermunculan]. Beberapa solusi yang mereka niatkan untuk menyelamatkan perekonomian mereka boleh jadi mendekati kebenaran, namun sifatnya sementara, dan tidak handal. [Hanya akan menambah-nambah keparahan.
Dilain pihak, menyaksikan semua ini semakin besarlah keimanan kita kepada Allah, Ar-Razzaq. Oleh karena itu, sebagai orang Ahmadi, kita merasa terpanggil untuk mengingatkan dunia, bahwa penyebab utama semua ini adalah dikarenakan mereka sudah jauh dari ajaran sejati Tuhan Yang Maha Kuasa. Tidak peduli akan kewajiban mereka terhadap sesama manusia. Rakus ingin menguasai berbagai sumber daya alam maupun sumber daya manusia negara-negara miskin.
Maka jika mereka ingin mendapatkan solusi yang efektif selamanya, mereka hendaknya memperhatikan aspek [kerohanian] ini. [Gelontoran mega dana talangan (bail out) milyaran dollar seperti yang mereka telah lakukan bukanlah solusi yang permanen, karena sumber dananya dari kocek yang sama, yang sudah mengalami kerugian besar]. Namun sayangnya, berbagai negara [berpenduduk] Muslim pun terlibat dalam praktek yang serupa - alih-alih mengikuti petunjuk Allah yang telah tercantum di dalam Alquran Karim – tanpa merasa bersalah maupun malu-malu.
Malah jika integritas para kepala negara mereka dipertanyakan, mereka itu tiada lain adalah individu-individu yang tidak peduli dengan keprihatinan krisis ini. Mereka sangat mementingkan diri sendiri dan hanya berminat untuk mengisi berbagai rekening bank pribadi mereka.
Begitupun berbagai negara Timur Tengah (yang kaya minyak) tidak menjalankan sistem ekonomi yang sesuai dengan petunjuk Allah Swt. Tidak jujur dan tidak terbuka dalam menyantuni golongan mereka yang membutuhkan. Meskipun mereka sibuk membangun berbagai infrastruktur yang paling modern untuk kepentingan mereka sendiri; namun mereka tidak memanfaatkan sumber-sumber kekayaan alam mereka untuk membantu berbagai negara Muslim miskin, sebagaimana yang diperintahkan oleh Allah Swt.
Sebaliknya, mereka menginvestasikan keuntungan dan kelebihan harta kekayaan [petro dollar] mereka di berbagai negara Barat demi untuk mengumpulkan bunga uang atas simpanan deposito mereka tersebut. Di lain pihak, karena mereka mengaku negara Islam, maka mereka pun mengembangkan apa yang mereka katakan sebagai sistem bank Islam di berbagai negara mereka hanya untuk pamer belaka; sebab, pada prakteknya sama saja dengan sistem riba dan bunga uang tetapi ditutup-tutupi pemanis, yang sebenarnya tidak mengikuti ajaran Islam, tidak sebagaimana yang diperintahkan di dalam Alquran. Yakni, jika dicermati lebih dalam, tetap saja bersifat riba.
Oleh karena itu dengan ini saya ingatkan, jika kalian menyimpan gunungan dana [petro dollar] milik kalian di berbagai bank negara-negara Barat, maka dana tersebut hanya tersimpan di sana. Tidak terputar untuk sektor yang produktif. Sehingga jika krisis keuangan terjadi, mereka pun segera terkena dampaknya; terpukul mundur (set back).
Sedangkan Allah, Yang Maha Pemberi Rizqi, sebagaimana tercantum di dalam ayat Alquran kedua yang telah dibacakan (Surah Ar-Rum : 39), memerintahkan kaum mukminin untuk membelanjakan harta kekayaan mereka untuk membantu sanak saudara, fakir miskin dan musafir. Inilah tiga golongan masyarakat yang harus dipenuhi hak-haknya agar mereka yang memiliki harta memperoleh dua kebaikan sekaligus, ialah keridhaan Tuhan dan ganjaran pahala yang meningkatan derajat rohani maupun keberhasilan di dunia.
Untuk menjadi mukmin sejati tidak cukup hanya dengan pernyataan di bibir saja, bahwa kami orang Islam. Melainkan teguh keyaqinannya kepada Allah Ar-Razzaq, Yang senantiasa menyantuni semua kebutuhannya; Karena selalu ingat akan sifat Razzaq-Nya ini ia pun tidak ragu-ragu untuk membelanjakan harta kekayaannya sesuai dengan perintah Tuhan. Mereka tidak khawatir akan mengalami kerugian.
Terkait dengan hal ini, hendaknya senantiasa ingat, bahwa seorang Muslim adalah saudara bagi orang Muslim lainnya. Maka kaum Muslimin [di suatu negara] wajib membantu saudaranya sesama kaum Muslimin yang berkekurangan; dan sifat bantuannya itu bukanlah sedekah melainkan sebagai kewajiban tanggung jawab pemahaman agama mereka.
Seandainya berbagai kaum Muslimin kaya tersebut memenuhi tanggung jawab keagamaan mereka – yakni, alih-alih menginvestasikan harta kekayaan mereka di berbagai negara Barat demi untuk mendapatkan bunga uang – tentulah niscaya mereka akan memperoleh ridha Allah Swt. Namun sungguh malang, mereka gagal untuk berbuat amal saleh tersebut. Sehingga mereka pun ikut menderita terkena imbas krisis ekonomi dunia kini.
Huzur (Atba) selanjutnya menerangkan dengan bahasa sederhana akar penyebab terjadinya krisis ekonomi dengan menunjuk kepada fakta berbagai lembaga kreditur keuangan di dunia Barat yang sebenarnya memanfatkan gunungan dana deposito clients millioner [Timur Tengah] mereka untuk pinjaman KPR (Kredit Pemilikan Rumah, mortgage) atau kebutuhan pribadi lainnya. Dana-dana simpanan besar tersebut diobral ke sektor yang tidak produktif sehingga ekonomi tak kunjung menguat karena tidak terciptanya sumber-sumber penghasilan baru. Peraturan pinjamannya diperingan (UM Uang Muka sangat ringan, bahkan ada yang 0% deposito / dana penyerta / kolateral-nya). Sehingga pihak peminjam pun tidak sadar akan kewajiban mereka untuk membayar cicilan plus bunganya serta berapa lama ia harus melunasinya sesuai kontrak. Dikarenakan penghasilan mereka terbatas, manalagi harus menghidupi kebutuhan rumah tangga mereka, maka mereka pun semakin tenggelam ke dalam jebakan lumpur hutang yang membuat mereka mustahil dapat melunasinya. [Sehingga rumah-rumah mereka pun disita oleh bank]. Karena banyak terjadi kredit macet, maka pihak bank pun menghentikan aliran dana pinjaman kredit disebabkan tidak ada arus dana masuk. Bahkan kredit untuk keperluan konsumtif individu (credit card) dibatasi secara drastis. Maka dampaknya adalah krisis ekonomi global.
Jika ada suatu negara yang mengatakan mereka tidak terkena dampak resesi tersebut (seperti kata beberapa negara Timur Tengah) adalah tidak benar. Sebab, nilai investasi dana-dana mereka di luar negeri sebenarnya menjadi merosot; dan sumber daya alam andalan utama mereka pun, yakni minyak bumi merosot tajam.
Suatu ulasan editorial terbaru [di suatu media cetak] yang berjudul 'Lautan Hutang” (“The Sea of Debt”) menyebutkan, raksasa ekonomi Amerika Serikat kini tengah tenggelam semakin dalam. Apapun yang mereka sedang usahakan tetap tidak akan banyak menolong, sehingga sangat mustahil untuk dapat muncul kembali dengan mudah. Dan nyatanya, seluruh dunia pun menghadapi situasi yang sama. Khususnya di Amerika Serikat, dimana penggunaan credit card orang perorang telah sangat umum, mereka terus menggunakannya tanpa batas; jauh melebihi kemampuan mereka untuk membayarnya. Sehingga dana kredit jenis jumlahnya sangat dibatasi, konsumen membatalkan niat belanja mereka. Penjualan mobil merosot tajam, berperjalanan dengan pesawat terbang banyak yang dibatalkan. Hal ini berdampak kepada merosotnya konsumsi BBM, yang menyebabkan harga minyak mentah dunia jatuh.
Pendek kata aspek 'demand' saat ini anjlok, maka sektor 'supply' pun mandeg. Orang pada umumnya mengurangi belanja yang bersifat diluar kebutuhan pokok, misalnya wisata atau makan di restoran dan yang bersifat hiburan lainnya (entertainment), sehingga hal ini menambah depresi, baik dalam arti ekonomi naupun semacam gangguan kejiwaan.
Oleh karena itu Allah Taala memfirmankan, mereka yang menjadikan riba bunga uang sebagai sumber penghasilan sama halnya dengan mereka yang telah terkecoh oleh Syaitan menjadi seperti orang-orang yang tidak waras (2:276).
Di tempat lain, Allah Taala menyatakan, riba haram. Penggunaan uang riba dapat menyebabkan orang jatuh ke dalam jebakan lingkaran syaitan, yang membuatnya sangat sulit untuk membebaskan diri.
Huzur (Atba) kemudian mengutip sebuah ungkapan anekdot di kalangan para ahli keuangan: “Bila tetanggaku kehilangan pekerjaan itu artinya resesi ekonomi. Tapi bila aku sendiri yang menjadi kehilangan pekerjaan, itu namanya depresi.” Resesi bersifat sementara, sedangkan depresi permanen. [Huzur menambahkan, maksudnya depresi disini pun menyiratkan kepada istilah gangguan kejiwaan].
Anekdot ini merujuk tepat kepada situasi degradasi mental yang kini tengah mengglobal disebabkan ratusan ribu demi ratusan ribu orang yang menjadi penganggur.
Huzur (Atba) selanjutnya memperingatkan dunia dengan kata-kata yang lebih tegas: 'Seandainya masih ada sedikit saja akal sehat yang tertinggal di dalam diri tuan-tuan, tentulah tuan akan meninggalkan penggunaan uang riba'. Sebaliknya, putarlah kelebihan dana yang tuan miliki di dalam bisnis atau perdagangan sebagaimana dianjurkan di dalam Islam; yang negara-negara Muslim hendaknya memperlihatkan contohnya.
Huzur kemudian menunjukkan contoh seperti negara Pakistan dan beberapa negara Afrika yang kepala negaranya menjadi sangat korup dan tidak setia kepada negara, yang hanya menambah kobaran api [malapetaka]. Negara-negera seperti itu bisa survive hanya dikarenakan adanya pinjaman dana luar negeri dari beberapa negara kaya meskipun mereka sendiri tidak tahu pasti bagaimana cara mengembalikannya.
Sebenarnya Pakistan atau negara-negara lain semacamnya tersebut dikaruniai berbagai sumber kekayaan alam, namun sayang mereka sudah terjebak ke dalam kebiasaan tak bermalu mengemis-ngemis pinjaman kredit. Pokok permasalahannya adalah karena mereka sudah melupakan ajaran Allah Swt, sehingga menjadi sasaran hukuman-Nya yang lebih besar.
Sistem yang melibatkan riba hanya memperlebar jurang antara si kaya dengan si miskin. Sedangkan sistem Islam, yakni sistem Zakat dapat menciptakan hubungan harmonis antar golongan masyarakat.
Oleh karena itu setiap orang, khususnya orang Islam segeralah hentikan kebiasaan meminjam uang / kredit; hal ini niscaya akan dapat memperbaiki krisis ekonomi pada setiap periode beberapa tahun.
Di dalam ayat-ayat Alquran yang telah dibacakan di awal Khutbah tadi (30:41), Allah Taala tidak hanya menciptakan kita umat manusia, melainkan juga mencukupi rizkinya; akan tetapi dengan syarat apabila bila kita menjalankan perintah-Nya.
Berbagai ketidak-stabilan dan rasa frustrasi yang akhirnya mendorong naluri berperang manusia, yang kini tengah terjadi di mana-mana – atas nama untuk demi untu menegakkan demokrasi – memang tak tampak sebagai invasi untuk menguasai teritorial suatu negara, melainkan untuk menguasai sumber kekayaan alamnya. Dan kemudian mereka pun harus membayar biaya pasukan penjaga keamanannya.
Hal pemicu naluri berperang ini pun disebabkan sebagian besar kekayaan dunia hanya berputar di tangan segelintir orang yang beruntung. Sedangkan mayoritas yang tidak beruntung hanya dapat terpana, menyaksikan dari kejauhan; tanpa pernah mendapat kesempatan untuk memperoleh bagian mereka. Penyebab lain hancurnya kedamaian dunia sekarang ini adalah fakta negara-negara kaya yang hanya tergiur kepada sumber-sumber kekayaan alam dan sumber daya manusia negara-negara miskin [dengan cara mengexploitasinya] demi untuk kepentingan mereka sendiri, yang sangat dikutuk oleh ajaran Islam.
Huzur (Atba) bersabda, dunia hendaknya dapat memahami kiat-kiat jitu untuk menghentikan krisis ekonomi, yang adalah sebagai berikut:
1. Mulailah belajar berdikari; memanfaatkan berbagai kapasitas yang ada pada diri saudara, baik untuk tingkat pribadi maupun untuk tingkat nasional. Bersyukurlah dengan apa-apa yang anda miliki; jangan tergiur hawa nafsu untuk memiliki rumah yang lebih besar atau mobil yang lebih bagus, yang hanya akan menjerumuskan saudara ke dalam jebakan sistem pinjaman berbunga.
2. Hindarilah praktek penggunaan riba.
3. Negara-negara kaya hendaknya melepaskan cengkeraman mereka atas sumber-sumber kekayaan alam negara-negara miskin. Sebaliknya, negara-negara miskin hendaknya teguh kepada keyakinan diri mereka, bahwa sumber-sumber kekayaan alam mereka hanya untuk mensejahterakan bangsa dan negara mereka sendiri, meskipun ada usaha-usaha intervensi international untuk menguasainya.
4. Para kepala negara [negara berkembang] hendaknya setia dan berjiwa negarawan (patriotik, pahlawan) dalam mengurus negara mereka.
5. Hak-hak dan kewajiban kaum miskin harus dipenuhi.
Kiat jitu ini adalah berdasarkan ajaran Islam. Dengan kata lain, Islam-lah yang mampu menyajikan solusi terbaik untuk mengatasi krisis yang kini tengah melanda seluruh dunia.
Huzur (Atba) bersabda, Taqwa adalah akar segalanya bila saudara-saudara ingin menjadi sejahtera. Oleh karena itu, tak ada cara lain untuk menyelamatkan diri jika kita tidak mengindahkan firman Tuhan dan seruan Imam Mahdi a.s. yang adalah Imam Zaman untuk masa kini.
Selanjutnya Huzur (Atba) membacakan beberapa tulisan Hadhrat Masih Mau'ud a.s. , yang mengingatkan kita harus senantiasa bersyukur kepada Allah Swt, yang telah berkenan memberikan sinar petunjuk-Nya, menurunkan air kehidupan rohani yang memang sangat dibutuhkan di mana-mana demi untuk keselamatan kita semua saat ini maupun di masa yang akan datang.
Semoga Allah Taala menunjuki dunia ke jalan yang lurus dan memudahkan mereka untuk menjalankan ajaran Islam yang sejati, Amin.

Tidak ada komentar: